The Deli Bakes


Bandung lagi diguyur hujan deras sejak pagi. Bikin mager untuk beraktifitas. Bawaannya jadi pengen selimutan sambil nonton film di Amazon Prime. Aku cek todo list hari ini tidak ada task yang harus diselesaikan. Aku buka aplikasi Reminder bawaan Apple, ada satu wishlist sederhana yaitu mengunjungi The Deli Bakes cabang Prof. Eyckman, salah satu cabang Deli Bakes yang lokasinya lebih dekat dari rumahku.

Aku penyuka dessert. Namun sejak nonton konten-kontennya dr. Tirta, aku mengurangi konsumsi dessert menjadi satu bulan sekali. Pikirku tidak apa-apa sesekali makan cheesecake, tiramisu, black forest, dan es krim secara moderat. Terlalu berlebihan konsumsi dessert tidak baik untuk kesehatan finansial.

Untungnya

Kota Bandung di Hari Minggu dan dikasih hujan, sudah bisa ditebak pasti macet dimana-mana. Untungnya, Bernadya tidak selalu benar sebagai warlok yang hafal jalan-jalan tikus di kota Bandung, tentu aku punya strategi mengindari macet.

Siang hari hujan mulai reda. Tepat jam 2 siang aku tiba di parkiran Rumah Sakit Hasan Sadikin. Jl. Prof. Eyckman bukanlah tempat yang ideal untuk memarkirkan kendaraan, karena selain areanya sempit (one way), parkirannya juga mahhhallll.

Sebagai manusia yang punya cita-cita tinggal di Swiss, aku harus pintar menyimpan dana tipis-tipis.

Dari parkiran ke The Deli Bakes tinggal jalan kaki 5 menit. Dan memilih waktu di siang hari untuk mengkonsumsi dessert adalah pilihan yang cukup tepat. Satu porsi cheesecake mengandung nutrisi:

  • Karbohidrat dari gula -> sama seperti nasi, mengandung karbo juga kan?
  • Protein dari keju dan telur
  • Kalori yang tinggi setara 4 sampai 5 kalinya kentang rebus 🙃
  • Lemak yang tinggi juga, asalnya dari cream cheese
  • Vitamin dan Kalsium

Fun fact, Vitamin yang di dapatkan dari cheesecake adalah Vitamin A, bagus untuk menjaga kesehatan mata. Dan Kalsiumnya bagus untuk kesehatan tulang.

creme brulle cheesecake

USP

Hasil dari baca-baca review orang-orang yang rata-rata seragam soal tingkat kemanisan setiap dessert yang dijual di Deli Bakes, itu rasanya pas. Gak bikin giung (gak kemanisan) dan ada gurih-gurihnya dikit. Sial, jadi bikin fomo kan. Dan setelah dibuktikan sendiri, ternyata beneran gak kemanisan lho. Gak bikin eneg. Cukup aku aja yang bikin eneg, dessert jangan.

Menurutku inilah Unique Selling Point yang dimiliki oleh The Deli Bakes. Diantara semua tempat dessert di Bandung yang pernah aku kunjungi, Deli Bakes menjadi satu-satunya tempat yang menjual cheesecake yang gak bikin eneg.

Aku jadi kepo dan nanya-nanya ke staff nya tentang sejarah Deli Bakes, siapa pendirinya, kapan pertama kali buka, dan sebagainya dan sebagainya.

Jadi, so, well, pada tahun 2021 cerita perjalanan Deli Bakes dimulai. Ada ko Deddy, ci Caren dan ci Bella. Aku tidak bertanya detail tentang mereka bertiga karena itu privasi. Awalnya, ci Bella yang passionate banget di bidang baking, membuat homemade cake yang pada akhirnya di respon dengan sangat baik oleh pasangan supportif ko Deddy dan ci Caren. Mereka lalu team up untuk membawa homemade cake ini agar bisa dinikmati oleh lebih banyak orang.

Alhasil pada tahun 2022 dibuka lah cabang pertama dari The Deli Bakes di Jalan Prof. Eyckman Bandung, and the rest is history. Oh, wow! Berarti aku datang ke tempat yang tepat.

Oh iya btw aku dapat bocoran informasi dari stafnya (efek ngobrol sambil ngopi) bahwa ko Deddy adalah seorang bankir dan konsultan manajemen yang punya banyak klien. Semua pengetahuan yang dimiliki ko Deddy, diterapkan ke dalam strategi bisnis dari The Deli Bakes.

Itulah yang semakin memotivasiku untuk lanjut sekolah lagi. Ilmu akademik sama pentingnya dengan ilmu jalanan (street smart).

Outdoor area

Ngebucin

Sebenarnya ada agenda lain ke Deli Bakes tuh yaitu ngebucin produktif di minggu sore, hehehe. While aku laptopan, doi gambar-gambar dengan kuas dan paper andalannya. Eh tapi satu hal, belakangan ini aku jadi sering memperhatikan vibes dari orang-orang yang lagi jatuh cinta. Gatau kenapa melihat orang lain yang lagi quality time sama pasangannya, aku yang jadi senyam senyum sendiri. Vibes nya bikin tenang di hati.

Dalam konteks product development, menurutku ngebucin kepada proses membangun produk perlu dilakukan. Karena bikin produk itu bisa sangat menjemukan, melelahkan, menguras emosi, penuh drama, dan penuh dengan strategi mengelola ekspektasi. Bikin capek pokoknya. Tapi, kalau obatnya di depan mata, capek nya jadi gak terasa. Itulah gunanya Ngebucin.

Sama seperti yang aku lihat ketika untuk pertama kalinya mengunjungi kafe The Deli Bakes. Aura-aura bucinnya terlihat dari penataan interior, penempatan ornamen-ornamen lucu, tulisan-tulisan bucin dimana-mana, dan tentu saja yang paling kongkrit dirasakan adalah Kualitas Produknya. Produk yang berkualitas, tidak ragu untuk dihargai mahal.

Price is what you pay, value is what you get. Beli murah tapi tidak puas itu selalu lebih rugi ketimbang beli mahal tapi puas.

Oronamen C

Epilog

Saat mengunjungi tempat-tempat yang menurutmu menarik, cobalah untuk lebih mindful. Aware dengan situasinya, nikmati interaksi percakapannya, ambil dokumentasi secukupnya, ucapkan rasa syukur atas moment yang sedang kamu alami. Being in the Moment, semacam seni buat menikmati hidup dengan sepenuh hati tanpa distraksi. Tidak harus memikirkan masa lalu yang sudah lewat, tidak khawatir dengan masa depan yang belum datang.

Momen kayak gini gak harus dengan sengaja diciptakan. Aku ambil contoh dari doi ku.

Doi ini tipe orang yang sibuk banget. Setiap hari dia bangun pagi, langsung siap-siap buat kerja, terus pulang malem udah capek banget. Weekend pun sering dipake buat ngerjain kerjaan yang belum kelar. Suatu hari, pas dia lagi buru-buru mau ke kantor, tiba-tiba hujan deras banget. Jas hujan pun ngga ngefek, jadi terpaksa neduh di bawah pohon sambil nunggu hujan reda.

Awalnya, Doi kesel banget. Dia mikir, “Aduh, telat nih gue. Kerjaan numpuk lagi.” Tapi, pas dia lagi neduh, dia mulai denger suara hujan yang jatuh di atap shelter, ngerasain aroma tanah basah, dan liat tetesan air yang ngumpul di ujung atap shelter. Dia mulai ngerasa tenang, kayak semua beban di pundaknya hilang sejenak.

Di momen itu, Doi nggak sengaja nyiptain momen buat “Being in the Moment”. Dia cuma lagi neduh, tapi dia milih buat nikmatin apa yang ada di sekitarnya. Dia mulai sadar kalau kadang hidup itu nggak harus selalu buru-buru. Ada kalanya kita perlu berhenti sejenak, nikmatin apa yang ada, dan bersyukur. Bersyukur, klise sekali yaa, tapi ya mau gimana lagi?!

Jadi, momen itu nggak harus selalu sengaja diciptain. Kadang, momen itu datang sendiri, dan kita yang harus peka buat nyadarin dan nikmatin.

Bisa peka ngerasain ketenangan cuma dari suara hujan dan aroma tanah basah, itu yang bikin hidup jadi lebih berarti.

Indoor DeliBakes Plant DeliBakes